Facebook Twitter
Gratis berlangganan artikel Askep via mail, ayo gabung!

Translate

Senin, 01 Maret 2010

0
ENCHEPHALITIS

Enchephalitis ASKEP ANAK DENGAN ENCEPHALITIS

PENGERTIAN

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

 


PATOGENESIS ENSEFALITIS

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
  1. Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
  2. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
  3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

PENYEBAB

  1. Penyebab Ensefalitis:
    • Penyebab terbanyak : adalah virus. Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis), virus morbilli, virus rabies, virus rubella, virus denque, virus polio, cockscakie (A,B), Herpes Zooster,varisella, Herpes simpleks, variola.
    • Sering : Herpes simplex, Arbo virus
    • Jarang : Entero virus, Mumps, Adeno virus
    • Post Infeksi : Measles, Influenza, Varisella
    • Post Vaksinasi : Pertusis
  2. Ensefalitis supuratif akut :
    • Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.
Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :
  1. Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
  2. Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.

PENGKAJIAN

  1. Identitas
    • Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
  2. Keluhan utama
    • Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
  3. Riwayat penyakit sekarang
    • Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
  4. Riwayat penyakit dahulu
    • Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
  5. Riwayat Kesehatan Keluarga
    • Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli, dll.
  6. Imunisasi
    • Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
  7. Pertumbuhan dan Perkembangan
  8. Pola Fungsi Kesehatan
    • Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
      1. Kebiasaan
        • sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
      2. Status Ekonomi
        • Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
    • Pola Nutrisi dan Metabolisme
      1. Menyepelekan anak yang sakit,tanpa pengobatan yang sempurna
        • Pemenuhan Nutrisi
        • Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
      2. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
        • Menurut rumus dari BEHARMAN tahun 1992, umur 1 sampai 6 tahun. Umur (dalam tahun) x 2 + 8
        • Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
      3. Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
      4. Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi.
        • Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.
  9. Pola Eliminasi
    • Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
    • Kebiasaan Miksi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
    • Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
  10. Pola tidur dan istirahat
    • Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
  11. Pola Aktivitas
    • Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
    • Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
    • Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM
    • Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .
    • Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi berat, aktifitas togosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
  12. Pola Hubungan Dengan Peran
    • Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
  13. Pola Persepsi dan pola diri
    • Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri yang meliputi Body Image ,self Esteem ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.
  14. Pola sensori dan kuanitif
    • Sensori
      1. Daya penciuman
      2. Daya rasa
      3. Daya raba
      4. Daya penglihatan
      5. Daya pendengaran.
    • Kognitif :
  15. Pola Reproduksi Seksual
    • Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
  16. Pola penanggulangan Stress
    • Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
      1. Stress fisiologi: biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
      2. Stress Psikologi tidak di evaluasi.
  17. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
    • Anak umur 3-4 tahun belum bisa dikaji

PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran cairan cerebro-spinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral). Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsi dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI

  1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
    • Tujuan:tidak terjadi infeksi
    • Kriteria hasil:
      1. Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
    • Intervensi:
      1. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
        • R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
      2. Obs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
        • R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia.
      3. Berikan antibiotika sesuai indikasi
        • R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
  2. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum.
    • Tujuan: Tidak terjadi trauma
    • Kriteria hasil:
      1. Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
    • Intervensi:
      1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
        • R/. Melindungi px jika terjadi kejang, pengganjal mulut agar lidah tidak tergigit. Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
      2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
        • R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
      3. Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb
        • R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
      4. Observasi tanda-tanda vital
        • R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
  3. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
    • Tujuan : Tidak terjadi kontraktur
    • Kriteria hasil:
      1. Tidak terjadi kekakuan sendi, Dapat menggerakkan anggota tubuh
    • Intervensi:
      1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik (terjadi kekacauan sendi)
        • R/. Dengan diberi penjelasan, diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan.
      2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.
        • R/. Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.
      3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
        • R/. Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh.
      4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
        • R/. Dengan melakukan observasi, dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dan dapat dilakukan intevensi segera
      5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.
        • R/ Diberi dilantin / valium,bila terjadi kejang / spastik ulang
  4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
  5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
  6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
  7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
  8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
  9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
  10. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepovolemia, anemia.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
  2. Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
  3. Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
  4. Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
  5. Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakart

0 komentar: — Skip to Comment

Posting Komentar — or Back to Content